BAB
1
PENDAHULUAN
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Resiko
Risiko adalah hal yang
tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan / aktivitas yang
idlakukan manusia, termasuk aktivitas proyek pembangunan dan proyek
konstyruksi. Karena dalam setiap kegiatan, seperti kegiatan konstruksi, pasti
ada berbagai ketidakpastian (uncertainty). Faktor ketidakpastian inilah
yang akhirnya menyebabkan timbulnya risiko pada suatu kegiatan. Para ahli
mendefinisikan risiko sebagai berikut :
1. Risiko
adalah suatu variasi dari hasil – hasil yang dapat terjadi selama periode
tertentu pada kondisi tertentu (William & Heins, 1985).
2. Risiko
adalah sebuah potensi variasi sebuah hasil (William, Smith, Young, 1995).
3. Risiko adalah kombinasi probabilita suatu
kejadian dengan konsekuensi atau akibatnya (Siahaan, 2007).
2.1.2 Pengertian Komunikasi Resiko
Komunikasi
risiko merupakan pertukaran informasi dan pandangan mengenai risiko serta
faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko di antara para pengkaji risiko,
manajer risiko, konsumen dan berbagai pihak lain yang berkepentingan. Komunikasi risiko sebagai proses interaktif pertukaran
informasi dan pendapat tentang risiko antara penilai risiko, manajer risiko,
dan pihak lain yang berkepentingan.
Tujuan pokok komunikasi risiko adalah memberikan
informasi yang bermakna, relevan dan akurat dalam istilah yang jelas dan mudah
dipahami kepada audiens tertentu.
Tujuan komunikasi risiko adalah:
Ø meningkatkan
kesadaran dan pemahaman tentang berbagai persoalan spesifik yang harus
dipertimbangkan oleh semua peserta selama proses analisis risiko;
Ø meningkatkan
konsistensi dan keterbukaan dalam pengambilan keputusan manajemen risiko2 dan
implementasinya;
Ø memberikan
landasan yang aman untuk memahami keputusan manajemen risiko yang diusulkan
atau diimplementasikan;
Ø meningkatkan
keseluruhan keefektifan dan efisiensi proses analisis risiko;
Ø turut
memberikan kontribusi pada pengembangan dan penyampaian program informasi dan
pendidikan yang efektif jika kedua hal tersebut terpilih sebagai pilihan
manajemen risiko.
Ø menjaga
kepercayaan dan keyakinan masyarakat dalam hal keamanan pasokan makanan;
Ø menguatkan
hubungan kerja dan saling menghargai di antara semua partisipan;
Ø meningkatkan
keterlibatan semua pihak yang berkepentingan secara tepat dalam proses
komunikasi risiko;
Ø saling
bertukar informasi tentang pengetahuan, sikap, nilai-nilai, praktik dan
persepsi berbagai pihak yang berkepentingan dalam hal risiko yang berkaitan
dengan topik makanan dan topik terkait.
2.2 Unsur-Unsur
Komunikasi Risiko
Bergantung pada apa dan kepada siapa pesan
disampaikan, pesan-pesan
komunikasi
risiko dapat mengandung informasi sebagai berikut:
a)
Sifat risiko
v Karakteristik
dan pentingnya ancaman bahaya yang menjadi kekhawatiran.
v Besaran
dan intensitas risiko.
v Mendesaknya
situasi.
v Apakah
risiko itu semakin membesar atau mengecil (tren).
v Probabilitas
pajanan terhadap ancaman bahaya.
v Distribusi
pajanan.
v Jumlah
pajanan yang mengandung risiko yang signifikan.
v Karakteristik
dan besarnya populasi yang berisiko.
v Siapa
yang berisiko paling besar.
b)
Sifat manfaat
v Manfaat
yang sebenarnya atau yang diharapkan dalam kaitannya dengan
v setiap
risiko.
v Siapa
yang memperoleh manfaatnya dan bagaimana caranya.
v Letak
titik keseimbangan antara risiko dan manfaat.
v Besaran
dan pentingnya manfaat.
v Manfaat
keseluruhan bagi semua populasi yang terkena jika digabungkan.
v Ketidakpastian
dalam pengkajian risiko.
v Metode
yang digunakan untuk mengkaji risiko.
v Pentingnya
masing-masing ketidakpastian.
v Kelemahan
atau ketidakakuratan data yang tersedia.
v Asumsi
yang menjadi dasar estimasi.
v Sensitivitas
estimasi terhadap perubahan asumsi.
v Efek
perubahan estimasi terhadap keputusan manajemen risiko
c)
Pilihan
manajemen risiko
v Tindakan
yang diambil untuk mengendalikan atau memanajemen risiko.
v Tindakan
yang dilakukan seseorang untuk mengurangi risiko perorangan.
v Pembenaran
dalam memilih pilihan manajemen risiko yang spesifik.
v Keefektifan
sebuah pilihan yang spesifik.
v Manfaat
sebuah pilihan yang spesifik.
v Biaya
manajemen risiko dan siapa yang membiayainya.
v Risiko
yang tetap ada setelah sebuah pilihan manajemen risiko diimplementasikan.
2.3 Prinsip-Prinsip
Komunikasi Risiko
2.3.1 Mengenali Audiens
Dalam merumuskan pesan-pesan komunikasi risiko,
audiens harus dianalisis untuk mengetahui motivasi dan pandangan mereka. Selain
secara umum mengetahui siapa yang menjadi audiensnya, kita juga perlu
mengenalinya sebagai kelompok dan secara ideal sebagai perorangan untuk
memahami kekhawatiran serta perasaan mereka dan untuk mempertahankan terbukanya
saluran komunikasi dengan mereka. Mendengarkan semua pihak yang berkepentingan
merupakan bagian penting dalam komunikasi risiko.
2.3.2 Melibatkan Pakar Ilmiah
Pakar ilmiah dalam kapasitasnya sebagai pengkaji
risiko harus mampu menjelaskan konsep dan proses pengkajian risiko. Mereka
harus dapat menerangkan hasil-hasil pengkajian serta data-data ilmiahnya,
asumsi dan pertimbangan objektif yang menjadi dasar penjelasan itu sehingga
manajer risiko serta pihak berkepentingan lainnya dapat memahami dengan jelas
risiko tersebut. Sebaliknya, manajer risiko harus mampu menjelaskan bagaimana
cara keputusan manajemen risiko itu diambil.
2.3.3 Menciptakan Keahlian Dalam Berkomunikasi
Untuk bisa berhasil, komunikasi risiko memerlukan
keahlian dalam menyampaikan informasi yang mudah dipahami dan mudah digunakan
kepada semua pihak yang berkepentingan. Manajer risiko dan pakar teknis mungkin
tidak mempunyai waktu atau keterampilan untuk melaksanakan tugas komunikasi
risiko yang kompleks seperti memberikan respons terhadap kebutuhan berbagai
audiens (masyarakat, industri, media dll.) dan menyiapkan pesan-pesan yang
efektif. Oleh karena itu, orang yang ahli dalam komunikasi risiko harus
dilibatkan sedini mungkin. Keahlian ini mungkin harus dikembangkan melalui
pelatihan dan pengalaman.
2.3.4 Menjadi Sumber Informasi Yang Dapat Dipercaya
Informasi dari sumber yang dapat dipercaya memiliki
kemungkinan yang
lebih
besar untuk mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap suatu risiko daripada
informasi yang berasal dari sumber yang kurang dapat dipercaya. Kredibilitas
yang membuat suatu sumber informasi dipercaya oleh audiens sasaran mungkin
bervariasi menurut karakteristik bahayanya, budaya, status sosial dan ekonomi
mereka, serta faktor-faktor lainnya. Jika pesan yang konsisten diterima dari
banyak sumber, kredibilitas pesan tersebut akan diperkuat. Faktor yang
menentukan kredibilitas sumber informasi meliputi kompetensi atau keahlian yang
diakui, kelayakan untuk dipercaya, kejujuran, dan sedikitnya bias. Contoh,
berikut istilah yang konsumen kaitkan dengan kredibilitas tinggi antara lain
“faktual”, “berpengetahuan”, “pakar”, “kesejahteraan masyarakat”, “tanggung
jawab”, “kejujuran” dan “track record yang baik.” Kepercayaan dan
kredibilitas harus dipupuk dan kedua hal ini bisa terkikis atau hilang melalui
metode komunikasi yang tidak efektif atau tidak tepat. Dalam sejumlah
penelitian, respons konsumen menunjukkan bahwa ketidakpercayaan dan
kredibilitas yang rendah terjadi akibat informasi yang dilebih-lebihkan,
menyimpang, dan demi kepentingan sendiri. Komunikasi yang efektif harus dapat
mengenali persoalan dan isu yang mutakhir, bersifat terbuka dalam hal isi serta
pendekatannya dan waktunya tepat. Ketepatan waktu dalam penyampaian suatu
informasi merupakan hal yang paling penting karena banyak kontroversi lebih
terfokus pada pertanyaan “Mengapa anda tidak memberitahukannya lebih awal?”
ketimbang pada risiko itu sendiri. Informasi yang lupa disampaikan, informasi
yang menyimpang, dan informasi demi kepentingan sendiri akan merusak
kredibilitas dalam jangka-panjang.
2.3.5 Tanggung Jawab Bersama
Badan pemerintah yang bertugas untuk mengatur di
tingkat nasional, regional maupun lokal memiliki tanggung jawab pokok dalam
pelaksanaan komunikasi risiko. Masyarakat mengharapkan agar pemerintah
memainkan peranan utama di dalam pelaksanaan manajemen berbagai risiko
kesehatan masyarakat. Hal ini memang benar jika pengambilan keputusan dalam
manajemen risiko melibatkan kontrol secara sukarela atau melalui peraturan dan
juga benar jika keputusan pemerintah adalah untuk tidak melakukan tindakan.
Dalam hal yang disebutkan terakhir ini, komunikasi masih tetap penting untuk
menyampaikan alasan mengapa keputusan untuk tidak melakukan tindakan merupakan
pilihan yang terbaik. Untuk memahami kekhawatiran masyarakat dan memastikan
bahwa keputusan yang diambil dalam manajemen risiko merupakan respons yang
diimplementasi dengan cara yang tepat terhadap kekhawatiran tersebut,
pemerintah harus menentukan apa yang diketahui masyarakat tentang risiko dan
bagaimana pandangan masyarakat mengenai berbagai pilihan yang dipertimbangkan
untuk mengelola risiko tersebut.
Media massa memainkan peranan yang sangat penting
dalam proses komunikasi sehingga harus turut memikul tanggung jawab ini.
Komunikasi mengenai risiko yang segera terjadi dan melibatkan kesehatan
manusia, khususnya bila berpotensi untuk menimbulkan konsekuensi yang serius
bagi kesehatan seperti kasus penyakit bawaan makanan, tidak dapat diperlakukan
dengan cara yang sama seperti komunikasi mengenai ancaman keamanan makanan yang
masih jauh di depan. Semua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi risiko
(mis., pemerintah, industri, media massa) memiliki tanggung jawab bersama untuk
mencapai hasil akhir kendati peranan mereka masing-masing mungkin berbeda.
Karena ilmu pengetahuan harus menjadi landasan dalam setiap pengambilan
keputusan, maka semua pihak di dalam proses komunikasi perlu mengetahui prinsip
dasar serta data-data yang mendukung pengkajian risiko dan kebijakan yang
melatari pengambilan keputusan dalam manajemen risiko.
2.3.6
Perbedaan antara “Science Judgement” dan “Value Judgement”
Kita harus memisahkan fakta dari nilai-nilai dalam
mempertimbangkan pilihan manajemen risiko. Pada tingkat praktis akan sangat
bermanfaat bila kita melaporkan fakta yang diketahui pada saat itu di samping melaporkan
ketidakpastian apakah yang terdapat dalam pengambilan keputusan pada manajemen
risiko yang sedang diusulkan atau diimplementasikan. Orang yang
mengkomunikasikan risiko (komunikator risiko) bertanggung jawab untuk
menjelaskan apa yang diketahuinya sebagai fakta dan di mana batas-batas
pengetahuan ini dimulai serta berakhir.
Value judgements dilibatkan dalam konsep tingkat risiko yang dapat
diterima. Sebagai konsekuensinya, komunikator risiko harus mampu menetapkan
tingkat risiko yang dapat diterima pada masyarakat. Banyak orang mengartikan
istilah “makanan yang aman” sebagai makanan dengan risiko nol, tetapi risiko
nol sering tidak mungkin tercapai. Dalam praktik, “makanan yang aman” berarti
makanan yang cukup aman. Membuat hal ini menjadi jelas merupakan fungsi komunikasi
risiko yang penting.
2.3.7
Menjamin keterbukaan
Jika masyarakat diharapkan menerima proses analisis
risiko dan hasil akhirnya, proses tersebut harus transparan. Meskipun kita
menghormati masalah legitimasi untuk menjaga kerahasiaan (mis., informasi atau
data yang merupakan milik pribadi), transparansi dalam analisis risiko harus terdiri
atas upaya untuk membuat proses tersebut terbuka dan dapat diteliti oleh
pihak-pihak yang berkepentingan. Komunikasi dua-arah yang efektif antara
manajer risiko, masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan merupakan bagian
yang esensial dalam manajemen risiko maupun kunci untuk mencapai keterbukaan.
2.3.8
Memasukkan risiko ke dalam perspektif
Salah satu cara untuk memasukkan risiko ke dalam
perspektif adalah dengan mengkajinya dalam konteks manfaat berkaitan dengan
teknologi atau proses yang menimbulkan risiko tersebut. Metode lainnya yang
mungkin berguna
adalah
dengan membandingkan risiko yang dipersoalkan dengan risiko lain yang serupa
tetapi lebih dikenal. Kendati demikian, metode terakhir tersebut dapat
menimbulkan permasalahan jika terlihat bahwa pembandingan risiko itu dengan
sengaja dipilih untuk membuat risiko yang dipersoalkan menjadi lebih dapat
diterima oleh masyarakat. Secara umum, pembandingan risiko hanya dapat
digunakan jika:
ü kedua
(atau semua) estimasi risiko sama-sama aman;
ü kedua
(atau semua) estimasi risiko relevan dengan audiens yang spesifik;
ü derajat
ketidakpastian pada seluruh estimasi risiko serupa;
ü kekhawatiran
audiens diakui dan diperhatikan;
ü substansi,
produk atau aktivitas itu sendiri dapat dibandingkan secara langsung, termasuk
konsep pajanan yang sengaja dan tidak sengaja.
2.4 Persyaratan Umum Untuk Komunikasi
Risiko Yang Efektif
Ada banyak pertimbangan yang diperlukan untuk dapat
menjalankan komunikasi risiko dengan efektif, khususnya risiko yang melibatkan
masyarakat luas, dan semua pertimbangan ini dapat dikelompokkan dalam suatu
rangkaian dengan menggunakan pendekatan sistematik pada proses komunikasi
risiko. Upaya ini dapat dimulai dengan mengumpulkan latar belakang dan
informasi yang diperlukan untuk kemudian diikuti dengan penyiapan dan
penyusunan pesan, penyebarluasan serta distribusinya, dan kajian tindak lanjut
serta evaluasi dampaknya.
2.4.1 Latar Belakang Dan Informasi
ü Pahami
landasan ilmiah risiko dan ketidakpastian yang menyertai.
ü Pahami
persepsi masyarakat terhadap risiko melalui metode seperti survei risiko,
wawancara dan focus group.
ü Temukan
informasi risiko apakah yang dikehendaki masyarakat.
ü Bersikap
peka terhadap persoalan terkait yang bagi masyarakat mungkin lebih penting
daripada risiko itu sendiri.
ü Minta
orang yang berbeda untuk memandang risiko tersebut secara berbeda.
2.4.2 Persiapan Dan Penyusunan
ü Jangan
lakukan pembandingan antara risiko yang sudah dikenal dan risiko yang masih
baru karena pembandingan itu bisa tampak berlebihan dan tidak jujur kecuali
jika dipresentasikan dengan benar.
ü Kenali
dan tanggapi aspek-aspek emosional yang ada pada persepsi risiko. Bicara dengan nada yang simpati dan
jangan menggunakan akal sehat saja untuk meyakinkan audiens yang sedang emosi.
ü Ungkapkan
risiko dengan beberapa cara yang berbeda dan pastikan untuk tidak menghindari
pertanyaan tentang risiko.
ü Jelaskan
faktor-faktor ketidakpastian yang digunakan dalam pengkajian risiko dan
penetapan standar.
ü Pelihara
keterbukaan, fleksibilitas dan pengakuan atas tanggung jawab masyarakat dalam
semua aktivitas komunikasi.
ü Bangun
kesadaran terhadap manfaat yang menyertai risiko.
2.4.3 Penyebaran/Distribusi
ü Terima
dan libatkan masyarakat sebagai mitra yang sah dengan menguraikan informasi
tentang risiko/manfaat dan upaya pengendaliannya dengan cara yang mudah
dipahami.
ü Rasakan
keprihatinan masyarakat dan bukan menyangkalnya dengan mengatakannya itu tidak
sah atau tidak penting. Persiapkan diri untuk memberikan perhatian pada
keprihatinan masyarakat sebanyak yang diberikan pada data statistik risiko.
ü Bersikap
jujur, terus-terang, dan terbuka dalam membahas semua persoalan.
ü Ketika
menjelaskan data statistik yang berasal dari pengkajian risiko, jelaskan proses
pengkajian risiko tersebut sebelum menyajikan datanya.
ü Lakukan
koordinasi dan kolaborasi dengan sumber-sumber lain yang dapat dipercaya.
ü Penuhi
kebutuhan media massa.
2.4.4 Tinjauan Ulang/Evaluasi
ü Evaluasi
keefektifan pesan-pesan risiko dan saluran komunikasi.
ü Utamakan
tindakan untuk memantau, mengelola dan mengurangi risiko.
ü Rencanakan
dengan cermat dan evaluasi berbagai upaya.
2.4.5 Hal-hal
Yang Perlu Dipertimbangkan Berkaitan Dengan Kekhawatiran Masyarakat
Risiko yang melibatkan sebagian atau seluruh aspek
berikut ini cenderung lebih menimbulkan kekhawatiran atau keprihatinan
masyarakat daripada risiko yang kurang mengandung aspek ini:
ü kejadian
yang tidak diketahui, tidak dikenal atau yang jarang terjadi dibandingkan
ancaman bahaya yang sudah diketahui dengan baik atau yang lazim terjadi;
ü risiko
yang dikendalikan oleh faktor lain dan bukan risiko yang dikendalikan
masyarakat atau perorangan;
ü risiko
yang terjadi karena tindakan industri atau teknologi baru dan bukan risiko yang
dianggap sebagai hal yang wajar;
ü risiko
dengan ketidakpastian ilmiah yang signifikan atau dengan kontroversi yang
terbuka antarpakar dibandingkan probabilitas dan intensitas ancaman bahayanya;
ü risiko
yang menimbulkan persoalan moral atau etika seperti pemerataan distribusi
risiko dan manfaat, atau hak salah satu kelompok dalam masyarakat untuk membuat
kelompok lainnya menghadapi risiko;
ü proses
pengambilan keputusan untuk pengkajian risiko yang dilihat sebagai proses yang
tidak responsif atau tidak diketahui. Oleh karena itu, untuk mengurangi
keprihatinan masyarakat tentang risiko dapat digunakan strategi berikut:
1) Jadikan
risiko sebagai sesuatu yang sukarela dengan memberikan pilihan kepada konsumen
jika hal ini dimungkinkan.
2) Akui
adanya ketidakpastian.
3) Perlihatkan
bahwa ketidaksepakatan antarpakar terhadap suatu persoalan hanyalah suatu
ketidakpastian, yaitu dengan mengestimasikan risiko sebagai suatu kisaran yang
meliputi berbagai estimasi dari kedua sisi kelompok yang berdebat.
4) Tetapkan
siapa yang memegang kendali dan cari kendali tersebut untuk diajak berbagi
dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
5) Perlakukan
semua pihak yang berkepentingan dengan santun.
6) Pertimbangkan
berbagai keprihatinan dan keluhan dengan serius.
2.5 Hambatan-Hambatan Berhubungan Dengan Komunikasi Resiko
2.5.1
Perbedaan Dalam Persepsi
Manusia dari segmen masyarakat
berbeda atau darimasyarakat yang memiliki orientasi nilai yang berbeda akan
memandang fakta ilmiah yang sama secara berbeda. Kekhawatiran tentang biaya dan
sudut pandang mengenaicara pengelolaan risiko yang terbaik akan bervariasi
antar individu maupun sub-populasi. Ekspos terhadap bahaya serta komitmen untuk
menganalisis risiko akanberbeda dari orang ke orang. Efektivitas dari
komunikasi risiko akan meningkat padasaat orang menjadi peduli tentang adanya
perbedaan persepsi serta alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya perbedaan
tersebut.
2.5.2
Perbedaan Dalam Reseptivitas/Penerimaan
Berdasarkan persepsi risiko yang
serupa,kekhawatiran orang tentang risiko tersebut juga akan berbeda. Sebagian
orang akan menimbang 1% peluang kegagalan suatu teknologi sebagai sesuatu yang
dapat diterima, sedangkan sebagian lain menganggap bahwa peluang kegagalan
tersebutterlalu berisiko.
2.5.3
Kurangnya Pemahaman Mengenai Proses Ilmiah
Kebanyakan orang yang tidak memiliki
pemahaman lengkap mengenai proses ilmiah, bukan semata-mata karenayang
bersangkutan pendidikan formalnya rendah atau kesadarannya terhadap
isu-isusosial kurang, tetapi karena ketidak-peduliannya terhadap ilmu
pengetahuan. Orang yang berpendidikan tinggi pun banyak yang kurang peduli
terhadap ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, komunikasi risiko harus menggunakan
terminologi-terminologi non-teknis untuk mengatasi hambatan-hambatan yang
berkaitan dengan ketidakpedulian (ignorance). Dalam hal ini, komunikasi risiko
juga harus dapat memberikan edukasi kepada publik mengenai proses ilmiah atau
ilmu pengetahuan.
2.5.4
Kredibilitas Sumber Informasi
Kepercayaan terhadap sumber
informasi teknologi baru merupakan faktor paling penting yang mempengaruhi
opini publik. Kepercayaan ini berhubungan erat dengan persepsi menyangkut
keakhlian (expertis), akurasi dan kekhawatiran berkenaan dengan kesejahteraan masyarakat/publik.
Ketidakpercayaanakan semakin meningkat sejalan dengan kecurigaan terhadap
adanya penyimpangan/bias atau konflik kepentingan. Sekali hilang, kepercayaan
ini akan sangat sukar untukdipulihkan.
2.5.5
Efek/Pengaruh Media
Kebanyakan orang menerima informasi
teknologi baru dari media. Oleh karena hanya sebagian kecil reporter yang
memiliki latar belakang kuat mengenai iptek, maka ketergatungan tinggi kepada
ilmuwan untuk mempresentasikan informasi iptek secara jelas dan singkat dengan
menggunakan bahasa non-teknis akan terjadi. Reporter disatu sisi secara etis
terikat untuk mempresentasikan informasi tersebut berdasarkan sudut pandang
yang berbeda dengan apa yang dianggap oleh seorang ilmuwan sebagai kebenaran (trut).
Ilmuwan seringkali menuduh mediasebagai penyebab terjadinya kontroversi publik
yang seharusnya dapat dihindarkan seandainya media tidak mempresentasikan
pandangan-pandangan dari kelompok oposisi. Hal ini mengimplikasikan perlunya
pelatihan ketrampilan media bagi komunikator risiko serta perlunya pelatihan
iptek bagi reporter.
2.5.6
Karakteristik-karakteristik Sosial
Hambatan bahasa, perbedaan budaya,
buta huruf,hambatan geografis, diskriminasi, eksploitasi kekuasaan dan berbagai
karakteristik masyarakat lainnya akan sangat berpengaruh terhadap persepsi
risiko, penerimaan pesan-pesan risiko, kredibilitas sumber informasi, serta
opini mengenai risiko. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan sosial yang mungkin
dapat mempengaruhi persepsi dan efektivitas komunikasi risiko perlu
diidentifikasi secara teliti.
2.6 Strategi Komunikasi Risiko Yang Efektif
Komunikasi risiko terjadi dalam
berbagai konteks yang berbeda. Penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa
strategi komunikasi yang berbeda perlu dirancang untuk konteks yang
berbeda-beda tersebut. Pendekatan sistematis yang harus dipertimbangkan pada
saat mengembangkan strategi komunikasi risiko adalah sebagai berikut:
2.6.1 Latar Belakang/Informasi
ü Pahami dasar
ilmu pengetahuan dari teknologi, risiko dan ketidakpastian
ü Pahami
persepsi publik mengenai risiko tersebut, melalui survai risiko, wawancara dan fokus
grup
ü Temukan dan
simpulkan informasi mengenai risiko seperti apa yang dikehendaki publik
ü Pelihara
kepekaan terhadap isu-isu terkait yang mungkin bahkan lebih penting dibandingkan
dengan risiko itu sendiri
ü Pelihara
kepekaan terhadap perbedaan-perbedaan dalam persepsi, akses
informasi,penerimaan informasi dan konteks sosial.
2.6.2 Persiapan
ü Hindarkan
penyederhanaan perbandingan antara risiko yang telah dikenal dengan risiko
baru, karena mungkin saja keduanya tidak akurat
ü Kenali dan
tanggapi aspek-aspek emosional dari persepsi risiko. Sandman menyata-kan bahwa
risk = hazard + outrage.
Hazard adalah kajian teknis dari risiko,
sedangkan outrage adalah respon emosional terhadap hazard analysis. Hazard
danoutrage merupakan determinan
kajian (assessment ) risiko publik yang sama pentingnya.
ü Ekspresikan
risiko ke dalam berbagai cara berbeda, tanpa menghindarkan isu-isusentral
tentang teknologi baru.
ü Jelaskan
faktor-faktor ketidak-pastian yang digunakan dalam pengkajian risiko (risk assessment)
dan penentuan standar
ü Jaga
keterbukaan, fleksibilitas dan rekognisi tanggung jawab publik dalam
semuakegiatan komunikasi
ü Bangun
kepedulian/kesadaran publik mengenai manfaat dan risiko teknologi baru
2.6.3 Diseminasi/distribusi
ü Terima dan
libatkan publik sebagai mitra resmi dalam perumusan kebijakan teknologi.Uraikan
informasi mengenai risiko/manfaat dan cara-cara pengendaliannya
secara jelas.
ü Rasakan atau
terima kekhawatiran publik (public’s concer), jangan sampai ditolak/dihindarkan
karena dianggap tidak penting.
ü Diskusikan
semua isu secara jujur, baik-baik dan terbuka
ü Jika
menjelaskan data statistik yang dihasilkan dari pengkajian risiko, jelaskan
proses dari pengkajian risiko tersebut terlebih dahulu
ü Koordinasi
dan kolaborasi dengan sumber-sumber informasi kredibel lainnya
ü Penuhi
kebutuhan-kebutuhan dari media.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Witono Adiyoga. Komunikasi Risiko Sebagai Salah Satu Komponenstruktur Analisis Risiko.
Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayura.
Program
Studi S2 MKM Kelas E-Learning Mata Ajaran K3