Translate

Monday, April 30, 2012

Komunikasi Risiko 2

BAB 1
PENDAHULUAN



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian
2.1.1 Pengertian Resiko
Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan / aktivitas yang idlakukan manusia, termasuk aktivitas proyek pembangunan dan proyek konstyruksi. Karena dalam setiap kegiatan, seperti kegiatan konstruksi, pasti ada berbagai ketidakpastian (uncertainty). Faktor ketidakpastian inilah yang akhirnya menyebabkan timbulnya risiko pada suatu kegiatan. Para ahli mendefinisikan risiko sebagai berikut :
1. Risiko adalah suatu variasi dari hasil – hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu pada kondisi tertentu (William & Heins, 1985).
2. Risiko adalah sebuah potensi variasi sebuah hasil (William, Smith, Young, 1995).
3. Risiko adalah kombinasi probabilita suatu kejadian dengan konsekuensi atau akibatnya (Siahaan, 2007).
2.1.2 Pengertian Komunikasi Resiko
Komunikasi risiko merupakan pertukaran informasi dan pandangan mengenai risiko serta faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko di antara para pengkaji risiko, manajer risiko, konsumen dan berbagai pihak lain yang berkepentingan. Komunikasi risiko sebagai proses interaktif pertukaran informasi dan pendapat tentang risiko antara penilai risiko, manajer risiko, dan pihak lain yang berkepentingan.
Tujuan pokok komunikasi risiko adalah memberikan informasi yang bermakna, relevan dan akurat dalam istilah yang jelas dan mudah dipahami kepada audiens tertentu.
Tujuan komunikasi risiko adalah:
Ø  meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang berbagai persoalan spesifik yang harus dipertimbangkan oleh semua peserta selama proses analisis risiko;
Ø  meningkatkan konsistensi dan keterbukaan dalam pengambilan keputusan manajemen risiko2 dan implementasinya;
Ø  memberikan landasan yang aman untuk memahami keputusan manajemen risiko yang diusulkan atau diimplementasikan;
Ø  meningkatkan keseluruhan keefektifan dan efisiensi proses analisis risiko;
Ø  turut memberikan kontribusi pada pengembangan dan penyampaian program informasi dan pendidikan yang efektif jika kedua hal tersebut terpilih sebagai pilihan manajemen risiko.
Ø  menjaga kepercayaan dan keyakinan masyarakat dalam hal keamanan pasokan makanan;
Ø  menguatkan hubungan kerja dan saling menghargai di antara semua partisipan;
Ø  meningkatkan keterlibatan semua pihak yang berkepentingan secara tepat dalam proses komunikasi risiko;
Ø  saling bertukar informasi tentang pengetahuan, sikap, nilai-nilai, praktik dan persepsi berbagai pihak yang berkepentingan dalam hal risiko yang berkaitan dengan topik makanan dan topik terkait.

2.2  Unsur-Unsur Komunikasi Risiko
Bergantung pada apa dan kepada siapa pesan disampaikan, pesan-pesan
komunikasi risiko dapat mengandung informasi sebagai berikut:
a)      Sifat risiko
v  Karakteristik dan pentingnya ancaman bahaya yang menjadi kekhawatiran.
v  Besaran dan intensitas risiko.
v  Mendesaknya situasi.
v  Apakah risiko itu semakin membesar atau mengecil (tren).
v  Probabilitas pajanan terhadap ancaman bahaya.
v  Distribusi pajanan.
v  Jumlah pajanan yang mengandung risiko yang signifikan.
v  Karakteristik dan besarnya populasi yang berisiko.
v  Siapa yang berisiko paling besar.
b)      Sifat manfaat
v  Manfaat yang sebenarnya atau yang diharapkan dalam kaitannya dengan
v  setiap risiko.
v  Siapa yang memperoleh manfaatnya dan bagaimana caranya.
v  Letak titik keseimbangan antara risiko dan manfaat.
v  Besaran dan pentingnya manfaat.
v  Manfaat keseluruhan bagi semua populasi yang terkena jika digabungkan.
v  Ketidakpastian dalam pengkajian risiko.
v  Metode yang digunakan untuk mengkaji risiko.
v  Pentingnya masing-masing ketidakpastian.
v  Kelemahan atau ketidakakuratan data yang tersedia.
v  Asumsi yang menjadi dasar estimasi.
v  Sensitivitas estimasi terhadap perubahan asumsi.
v  Efek perubahan estimasi terhadap keputusan manajemen risiko
c)      Pilihan manajemen risiko
v  Tindakan yang diambil untuk mengendalikan atau memanajemen risiko.
v  Tindakan yang dilakukan seseorang untuk mengurangi risiko perorangan.
v  Pembenaran dalam memilih pilihan manajemen risiko yang spesifik.
v  Keefektifan sebuah pilihan yang spesifik.
v  Manfaat sebuah pilihan yang spesifik.
v  Biaya manajemen risiko dan siapa yang membiayainya.
v  Risiko yang tetap ada setelah sebuah pilihan manajemen risiko diimplementasikan.

2.3  Prinsip-Prinsip Komunikasi Risiko
2.3.1 Mengenali Audiens
Dalam merumuskan pesan-pesan komunikasi risiko, audiens harus dianalisis untuk mengetahui motivasi dan pandangan mereka. Selain secara umum mengetahui siapa yang menjadi audiensnya, kita juga perlu mengenalinya sebagai kelompok dan secara ideal sebagai perorangan untuk memahami kekhawatiran serta perasaan mereka dan untuk mempertahankan terbukanya saluran komunikasi dengan mereka. Mendengarkan semua pihak yang berkepentingan merupakan bagian penting dalam komunikasi risiko.
2.3.2 Melibatkan Pakar Ilmiah
Pakar ilmiah dalam kapasitasnya sebagai pengkaji risiko harus mampu menjelaskan konsep dan proses pengkajian risiko. Mereka harus dapat menerangkan hasil-hasil pengkajian serta data-data ilmiahnya, asumsi dan pertimbangan objektif yang menjadi dasar penjelasan itu sehingga manajer risiko serta pihak berkepentingan lainnya dapat memahami dengan jelas risiko tersebut. Sebaliknya, manajer risiko harus mampu menjelaskan bagaimana cara keputusan manajemen risiko itu diambil.
2.3.3 Menciptakan Keahlian Dalam Berkomunikasi
Untuk bisa berhasil, komunikasi risiko memerlukan keahlian dalam menyampaikan informasi yang mudah dipahami dan mudah digunakan kepada semua pihak yang berkepentingan. Manajer risiko dan pakar teknis mungkin tidak mempunyai waktu atau keterampilan untuk melaksanakan tugas komunikasi risiko yang kompleks seperti memberikan respons terhadap kebutuhan berbagai audiens (masyarakat, industri, media dll.) dan menyiapkan pesan-pesan yang efektif. Oleh karena itu, orang yang ahli dalam komunikasi risiko harus dilibatkan sedini mungkin. Keahlian ini mungkin harus dikembangkan melalui pelatihan dan pengalaman.
2.3.4 Menjadi Sumber Informasi Yang Dapat Dipercaya
Informasi dari sumber yang dapat dipercaya memiliki kemungkinan yang
lebih besar untuk mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap suatu risiko daripada informasi yang berasal dari sumber yang kurang dapat dipercaya. Kredibilitas yang membuat suatu sumber informasi dipercaya oleh audiens sasaran mungkin bervariasi menurut karakteristik bahayanya, budaya, status sosial dan ekonomi mereka, serta faktor-faktor lainnya. Jika pesan yang konsisten diterima dari banyak sumber, kredibilitas pesan tersebut akan diperkuat. Faktor yang menentukan kredibilitas sumber informasi meliputi kompetensi atau keahlian yang diakui, kelayakan untuk dipercaya, kejujuran, dan sedikitnya bias. Contoh, berikut istilah yang konsumen kaitkan dengan kredibilitas tinggi antara lain “faktual”, “berpengetahuan”, “pakar”, “kesejahteraan masyarakat”, “tanggung jawab”, “kejujuran” dan “track record yang baik.” Kepercayaan dan kredibilitas harus dipupuk dan kedua hal ini bisa terkikis atau hilang melalui metode komunikasi yang tidak efektif atau tidak tepat. Dalam sejumlah penelitian, respons konsumen menunjukkan bahwa ketidakpercayaan dan kredibilitas yang rendah terjadi akibat informasi yang dilebih-lebihkan, menyimpang, dan demi kepentingan sendiri. Komunikasi yang efektif harus dapat mengenali persoalan dan isu yang mutakhir, bersifat terbuka dalam hal isi serta pendekatannya dan waktunya tepat. Ketepatan waktu dalam penyampaian suatu informasi merupakan hal yang paling penting karena banyak kontroversi lebih terfokus pada pertanyaan “Mengapa anda tidak memberitahukannya lebih awal?” ketimbang pada risiko itu sendiri. Informasi yang lupa disampaikan, informasi yang menyimpang, dan informasi demi kepentingan sendiri akan merusak kredibilitas dalam jangka-panjang.
2.3.5 Tanggung Jawab Bersama
Badan pemerintah yang bertugas untuk mengatur di tingkat nasional, regional maupun lokal memiliki tanggung jawab pokok dalam pelaksanaan komunikasi risiko. Masyarakat mengharapkan agar pemerintah memainkan peranan utama di dalam pelaksanaan manajemen berbagai risiko kesehatan masyarakat. Hal ini memang benar jika pengambilan keputusan dalam manajemen risiko melibatkan kontrol secara sukarela atau melalui peraturan dan juga benar jika keputusan pemerintah adalah untuk tidak melakukan tindakan. Dalam hal yang disebutkan terakhir ini, komunikasi masih tetap penting untuk menyampaikan alasan mengapa keputusan untuk tidak melakukan tindakan merupakan pilihan yang terbaik. Untuk memahami kekhawatiran masyarakat dan memastikan bahwa keputusan yang diambil dalam manajemen risiko merupakan respons yang diimplementasi dengan cara yang tepat terhadap kekhawatiran tersebut, pemerintah harus menentukan apa yang diketahui masyarakat tentang risiko dan bagaimana pandangan masyarakat mengenai berbagai pilihan yang dipertimbangkan untuk mengelola risiko tersebut.
Media massa memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi sehingga harus turut memikul tanggung jawab ini. Komunikasi mengenai risiko yang segera terjadi dan melibatkan kesehatan manusia, khususnya bila berpotensi untuk menimbulkan konsekuensi yang serius bagi kesehatan seperti kasus penyakit bawaan makanan, tidak dapat diperlakukan dengan cara yang sama seperti komunikasi mengenai ancaman keamanan makanan yang masih jauh di depan. Semua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi risiko (mis., pemerintah, industri, media massa) memiliki tanggung jawab bersama untuk mencapai hasil akhir kendati peranan mereka masing-masing mungkin berbeda. Karena ilmu pengetahuan harus menjadi landasan dalam setiap pengambilan keputusan, maka semua pihak di dalam proses komunikasi perlu mengetahui prinsip dasar serta data-data yang mendukung pengkajian risiko dan kebijakan yang melatari pengambilan keputusan dalam manajemen risiko.
2.3.6 Perbedaan antara “Science Judgement” dan “Value Judgement”
Kita harus memisahkan fakta dari nilai-nilai dalam mempertimbangkan pilihan manajemen risiko. Pada tingkat praktis akan sangat bermanfaat bila kita melaporkan fakta yang diketahui pada saat itu di samping melaporkan ketidakpastian apakah yang terdapat dalam pengambilan keputusan pada manajemen risiko yang sedang diusulkan atau diimplementasikan. Orang yang mengkomunikasikan risiko (komunikator risiko) bertanggung jawab untuk menjelaskan apa yang diketahuinya sebagai fakta dan di mana batas-batas pengetahuan ini dimulai serta berakhir.  Value judgements dilibatkan dalam konsep tingkat risiko yang dapat diterima. Sebagai konsekuensinya, komunikator risiko harus mampu menetapkan tingkat risiko yang dapat diterima pada masyarakat. Banyak orang mengartikan istilah “makanan yang aman” sebagai makanan dengan risiko nol, tetapi risiko nol sering tidak mungkin tercapai. Dalam praktik, “makanan yang aman” berarti makanan yang cukup aman. Membuat hal ini menjadi jelas merupakan fungsi komunikasi risiko yang penting.


2.3.7 Menjamin keterbukaan
Jika masyarakat diharapkan menerima proses analisis risiko dan hasil akhirnya, proses tersebut harus transparan. Meskipun kita menghormati masalah legitimasi untuk menjaga kerahasiaan (mis., informasi atau data yang merupakan milik pribadi), transparansi dalam analisis risiko harus terdiri atas upaya untuk membuat proses tersebut terbuka dan dapat diteliti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Komunikasi dua-arah yang efektif antara manajer risiko, masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan merupakan bagian yang esensial dalam manajemen risiko maupun kunci untuk mencapai keterbukaan.
2.3.8 Memasukkan risiko ke dalam perspektif
Salah satu cara untuk memasukkan risiko ke dalam perspektif adalah dengan mengkajinya dalam konteks manfaat berkaitan dengan teknologi atau proses yang menimbulkan risiko tersebut. Metode lainnya yang mungkin berguna
adalah dengan membandingkan risiko yang dipersoalkan dengan risiko lain yang serupa tetapi lebih dikenal. Kendati demikian, metode terakhir tersebut dapat menimbulkan permasalahan jika terlihat bahwa pembandingan risiko itu dengan sengaja dipilih untuk membuat risiko yang dipersoalkan menjadi lebih dapat diterima oleh masyarakat. Secara umum, pembandingan risiko hanya dapat digunakan jika:
ü  kedua (atau semua) estimasi risiko sama-sama aman;
ü  kedua (atau semua) estimasi risiko relevan dengan audiens yang spesifik;
ü  derajat ketidakpastian pada seluruh estimasi risiko serupa;
ü  kekhawatiran audiens diakui dan diperhatikan;
ü  substansi, produk atau aktivitas itu sendiri dapat dibandingkan secara langsung, termasuk konsep pajanan yang sengaja dan tidak sengaja.

2.4 Persyaratan Umum Untuk Komunikasi Risiko Yang Efektif
Ada banyak pertimbangan yang diperlukan untuk dapat menjalankan komunikasi risiko dengan efektif, khususnya risiko yang melibatkan masyarakat luas, dan semua pertimbangan ini dapat dikelompokkan dalam suatu rangkaian dengan menggunakan pendekatan sistematik pada proses komunikasi risiko. Upaya ini dapat dimulai dengan mengumpulkan latar belakang dan informasi yang diperlukan untuk kemudian diikuti dengan penyiapan dan penyusunan pesan, penyebarluasan serta distribusinya, dan kajian tindak lanjut serta evaluasi dampaknya.
2.4.1 Latar Belakang Dan Informasi
ü  Pahami landasan ilmiah risiko dan ketidakpastian yang menyertai.
ü  Pahami persepsi masyarakat terhadap risiko melalui metode seperti survei risiko, wawancara dan focus group.
ü  Temukan informasi risiko apakah yang dikehendaki masyarakat.
ü  Bersikap peka terhadap persoalan terkait yang bagi masyarakat mungkin lebih penting daripada risiko itu sendiri.
ü  Minta orang yang berbeda untuk memandang risiko tersebut secara berbeda.
2.4.2 Persiapan Dan Penyusunan
ü  Jangan lakukan pembandingan antara risiko yang sudah dikenal dan risiko yang masih baru karena pembandingan itu bisa tampak berlebihan dan tidak jujur kecuali jika dipresentasikan dengan benar.
ü  Kenali dan tanggapi aspek-aspek emosional yang ada pada persepsi  risiko. Bicara dengan nada yang simpati dan jangan menggunakan akal sehat saja untuk meyakinkan audiens yang sedang emosi.
ü  Ungkapkan risiko dengan beberapa cara yang berbeda dan pastikan untuk tidak menghindari pertanyaan tentang risiko.
ü  Jelaskan faktor-faktor ketidakpastian yang digunakan dalam pengkajian risiko dan penetapan standar.
ü  Pelihara keterbukaan, fleksibilitas dan pengakuan atas tanggung jawab masyarakat dalam semua aktivitas komunikasi.
ü  Bangun kesadaran terhadap manfaat yang menyertai risiko.
2.4.3 Penyebaran/Distribusi
ü  Terima dan libatkan masyarakat sebagai mitra yang sah dengan menguraikan informasi tentang risiko/manfaat dan upaya pengendaliannya dengan cara yang mudah dipahami.
ü  Rasakan keprihatinan masyarakat dan bukan menyangkalnya dengan mengatakannya itu tidak sah atau tidak penting. Persiapkan diri untuk memberikan perhatian pada keprihatinan masyarakat sebanyak yang diberikan pada data statistik risiko.
ü  Bersikap jujur, terus-terang, dan terbuka dalam membahas semua persoalan.
ü  Ketika menjelaskan data statistik yang berasal dari pengkajian risiko, jelaskan proses pengkajian risiko tersebut sebelum menyajikan datanya.
ü  Lakukan koordinasi dan kolaborasi dengan sumber-sumber lain yang dapat dipercaya.
ü  Penuhi kebutuhan media massa.
2.4.4 Tinjauan Ulang/Evaluasi
ü  Evaluasi keefektifan pesan-pesan risiko dan saluran komunikasi.
ü  Utamakan tindakan untuk memantau, mengelola dan mengurangi risiko.
ü  Rencanakan dengan cermat dan evaluasi berbagai upaya.
2.4.5  Hal-hal Yang Perlu Dipertimbangkan Berkaitan Dengan Kekhawatiran Masyarakat
Risiko yang melibatkan sebagian atau seluruh aspek berikut ini cenderung lebih menimbulkan kekhawatiran atau keprihatinan masyarakat daripada risiko yang kurang mengandung aspek ini:
ü  kejadian yang tidak diketahui, tidak dikenal atau yang jarang terjadi dibandingkan ancaman bahaya yang sudah diketahui dengan baik atau yang lazim terjadi;
ü  risiko yang dikendalikan oleh faktor lain dan bukan risiko yang dikendalikan masyarakat atau perorangan;
ü  risiko yang terjadi karena tindakan industri atau teknologi baru dan bukan risiko yang dianggap sebagai hal yang wajar;
ü  risiko dengan ketidakpastian ilmiah yang signifikan atau dengan kontroversi yang terbuka antarpakar dibandingkan probabilitas dan intensitas ancaman bahayanya;
ü  risiko yang menimbulkan persoalan moral atau etika seperti pemerataan distribusi risiko dan manfaat, atau hak salah satu kelompok dalam masyarakat untuk membuat kelompok lainnya menghadapi risiko;
ü  proses pengambilan keputusan untuk pengkajian risiko yang dilihat sebagai proses yang tidak responsif atau tidak diketahui. Oleh karena itu, untuk mengurangi keprihatinan masyarakat tentang risiko dapat digunakan strategi berikut:
1)      Jadikan risiko sebagai sesuatu yang sukarela dengan memberikan pilihan kepada konsumen jika hal ini dimungkinkan.
2)      Akui adanya ketidakpastian.
3)      Perlihatkan bahwa ketidaksepakatan antarpakar terhadap suatu persoalan hanyalah suatu ketidakpastian, yaitu dengan mengestimasikan risiko sebagai suatu kisaran yang meliputi berbagai estimasi dari kedua sisi kelompok yang berdebat.
4)      Tetapkan siapa yang memegang kendali dan cari kendali tersebut untuk diajak berbagi dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
5)      Perlakukan semua pihak yang berkepentingan dengan santun.
6)      Pertimbangkan berbagai keprihatinan dan keluhan dengan serius.

2.5  Hambatan-Hambatan Berhubungan Dengan Komunikasi Resiko
2.5.1        Perbedaan Dalam Persepsi 
Manusia dari segmen masyarakat berbeda atau darimasyarakat yang memiliki orientasi nilai yang berbeda akan memandang fakta ilmiah yang sama secara berbeda. Kekhawatiran tentang biaya dan sudut pandang mengenaicara pengelolaan risiko yang terbaik akan bervariasi antar individu maupun sub-populasi. Ekspos terhadap bahaya serta komitmen untuk menganalisis risiko akanberbeda dari orang ke orang. Efektivitas dari komunikasi risiko akan meningkat padasaat orang menjadi peduli tentang adanya perbedaan persepsi serta alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya perbedaan tersebut.
2.5.2        Perbedaan Dalam Reseptivitas/Penerimaan
Berdasarkan persepsi risiko yang serupa,kekhawatiran orang tentang risiko tersebut juga akan berbeda. Sebagian orang akan menimbang 1% peluang kegagalan suatu teknologi sebagai sesuatu yang dapat diterima, sedangkan sebagian lain menganggap bahwa peluang kegagalan tersebutterlalu berisiko. 
2.5.3        Kurangnya Pemahaman Mengenai Proses Ilmiah
Kebanyakan orang yang tidak memiliki pemahaman lengkap mengenai proses ilmiah, bukan semata-mata karenayang bersangkutan pendidikan formalnya rendah atau kesadarannya terhadap isu-isusosial kurang, tetapi karena ketidak-peduliannya terhadap ilmu pengetahuan. Orang yang berpendidikan tinggi pun banyak yang kurang peduli terhadap ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, komunikasi risiko harus menggunakan terminologi-terminologi non-teknis untuk mengatasi hambatan-hambatan yang berkaitan dengan ketidakpedulian (ignorance). Dalam hal ini, komunikasi risiko juga harus dapat memberikan edukasi kepada publik mengenai proses ilmiah atau ilmu pengetahuan.

2.5.4        Kredibilitas Sumber Informasi
Kepercayaan terhadap sumber informasi teknologi baru merupakan faktor paling penting yang mempengaruhi opini publik. Kepercayaan ini berhubungan erat dengan persepsi menyangkut keakhlian (expertis), akurasi dan kekhawatiran berkenaan dengan kesejahteraan masyarakat/publik. Ketidakpercayaanakan semakin meningkat sejalan dengan kecurigaan terhadap adanya penyimpangan/bias atau konflik kepentingan. Sekali hilang, kepercayaan ini akan sangat sukar untukdipulihkan.
2.5.5        Efek/Pengaruh Media
Kebanyakan orang menerima informasi teknologi baru dari media. Oleh karena hanya sebagian kecil reporter yang memiliki latar belakang kuat mengenai iptek, maka ketergatungan tinggi kepada ilmuwan untuk mempresentasikan informasi iptek secara jelas dan singkat dengan menggunakan bahasa non-teknis akan terjadi. Reporter disatu sisi secara etis terikat untuk mempresentasikan informasi tersebut berdasarkan sudut pandang yang berbeda dengan apa yang dianggap oleh seorang ilmuwan sebagai kebenaran (trut). Ilmuwan seringkali menuduh mediasebagai penyebab terjadinya kontroversi publik yang seharusnya dapat dihindarkan seandainya media tidak mempresentasikan pandangan-pandangan dari kelompok oposisi. Hal ini mengimplikasikan perlunya pelatihan ketrampilan media bagi komunikator risiko serta perlunya pelatihan iptek bagi reporter.
2.5.6        Karakteristik-karakteristik Sosial
Hambatan bahasa, perbedaan budaya, buta huruf,hambatan geografis, diskriminasi, eksploitasi kekuasaan dan berbagai karakteristik masyarakat lainnya akan sangat berpengaruh terhadap persepsi risiko, penerimaan pesan-pesan risiko, kredibilitas sumber informasi, serta opini mengenai risiko. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan sosial yang mungkin dapat mempengaruhi persepsi dan efektivitas komunikasi risiko perlu diidentifikasi secara teliti.



2.6  Strategi Komunikasi Risiko Yang Efektif 
Komunikasi risiko terjadi dalam berbagai konteks yang berbeda. Penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang berbeda perlu dirancang untuk konteks yang berbeda-beda tersebut. Pendekatan sistematis yang harus dipertimbangkan pada saat mengembangkan strategi komunikasi risiko adalah sebagai berikut:
2.6.1 Latar Belakang/Informasi
ü  Pahami dasar ilmu pengetahuan dari teknologi, risiko dan ketidakpastian
ü  Pahami persepsi publik mengenai risiko tersebut, melalui survai risiko, wawancara dan fokus grup
ü  Temukan dan simpulkan informasi mengenai risiko seperti apa yang dikehendaki publik
ü  Pelihara kepekaan terhadap isu-isu terkait yang mungkin bahkan lebih penting dibandingkan dengan risiko itu sendiri
ü  Pelihara kepekaan terhadap perbedaan-perbedaan dalam persepsi, akses informasi,penerimaan informasi dan konteks sosial.
2.6.2 Persiapan
ü  Hindarkan penyederhanaan perbandingan antara risiko yang telah dikenal dengan risiko baru, karena mungkin saja keduanya tidak akurat
ü  Kenali dan tanggapi aspek-aspek emosional dari persepsi risiko. Sandman menyata-kan bahwa risk = hazard + outrage.
Hazard adalah kajian teknis dari risiko, sedangkan outrage adalah respon emosional terhadap hazard analysis. Hazard  danoutrage merupakan determinan kajian (assessment ) risiko publik yang sama pentingnya.
ü  Ekspresikan risiko ke dalam berbagai cara berbeda, tanpa menghindarkan isu-isusentral tentang teknologi baru.
ü  Jelaskan faktor-faktor ketidak-pastian yang digunakan dalam pengkajian risiko (risk assessment) dan penentuan standar 
ü  Jaga keterbukaan, fleksibilitas dan rekognisi tanggung jawab publik dalam semuakegiatan komunikasi
ü  Bangun kepedulian/kesadaran publik mengenai manfaat dan risiko teknologi baru
2.6.3 Diseminasi/distribusi
ü  Terima dan libatkan publik sebagai mitra resmi dalam perumusan kebijakan teknologi.Uraikan informasi mengenai risiko/manfaat dan cara-cara pengendaliannya secara jelas.
ü  Rasakan atau terima kekhawatiran publik (public’s concer), jangan sampai ditolak/dihindarkan karena dianggap tidak penting.
ü  Diskusikan semua isu secara jujur, baik-baik dan terbuka
ü  Jika menjelaskan data statistik yang dihasilkan dari pengkajian risiko, jelaskan proses dari pengkajian risiko tersebut terlebih dahulu
ü  Koordinasi dan kolaborasi dengan sumber-sumber informasi kredibel lainnya
ü  Penuhi kebutuhan-kebutuhan dari media.


BAB III
PENUTUP


DAFTAR PUSTAKA

Witono Adiyoga. Komunikasi Risiko Sebagai Salah Satu Komponenstruktur Analisis Risiko. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayura.




Program Studi S2 MKM Kelas E-Learning Mata Ajaran K3



comment with facebook