BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis
merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari
dari berbagai subsistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan
interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
1)
Subsistem penyediaan sarana produksi
Subsistem
penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran.
Kegiatan ini mencakup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi
dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi
kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
2)
Subsistem usahatani atau proses produksi
Subsistem
ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka
meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan
pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka
meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif
dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal
mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian
sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu, juga ditekankan usahatani
yang berbentuk komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi
primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam
artian ekonomi terbuka
3)
Subsistem agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup
kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani,
tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pascapanen produk
pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah
value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian
proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan,
pengeringan, dan peningkatan mutu.
4)
Subsistem pemasaran
Subsistem
pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk
pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan
dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik
dan pasar luar negeri.
5)
Subsistem penunjang
Subsistem
ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :
ü Sarana
Tataniaga
ü Perbankan/perkreditan
ü Penyuluhan
Agribisnis
ü Kelompok
Tani
ü Infrastruktur Agribisnis
ü Koperasi Agribisnis
ü BUMN
ü Swasta
ü Penelitian
dan Pengembangan
ü Pendidikan
dan Pelatihan
ü Transportasi
ü Kebijakan
Pemerintah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Cakupan Sistem Pemasaran Agribisnis
Sistem adalah sekolompok item atau bagian-bagian
yang saling berhubungan dan saling berkaitan secara tetap dalam membentuk satu
kesatuan terpadu.
Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga
yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan faktor-faktor
lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi
hubungan perusahaan dengan pasarnya.
Sistem pemasaran agribisnis merupakan suatu
kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi
pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan
konsumen akhir dan sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai produk yang
tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran,
dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem
komoditas.
Sistem pemasaran agribisnis tersebut mencakup
kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada dalam sistem
komoditas tersebut, baik secara vertikal berdasarkan urutan penambahan kegunaan
maupun secara horizontal berdasarkan tingkatan kegiatan produktif yang sama.
Tingkat produktivitas sistem pemasaran
ditentukan oleh tingkat efisiensi dan efektivitas seluruh kegiatan fungsional
sistem pemasaran tersebut, yang selanjutnya menentukan kinerja operasi dan
proses sistem.
Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari
terselenggaranya integrasi vertikal dan integrasi horizontal yang kuat, terjadi
pembagian yang adil dari rasio nilai tambah yang tercipta dengan biaya yang
dikeluarkan dalam kegiatan produktif masing-masing pelaku.
2.2 Sistem Pemasaran Merupakan Sistem yang Kompleks
Sektor pertanian Indonesia merupakan suatu sistem yang kompleks karena
melibatkan lebih dari dari 70% penduduk Indonesia sebagai produsen dan 100%
penduduknya sebagai konsumen. Di samping itu, juga melibatkan banyak perusahaan
baik yang bergerak dalam produksi dan pengolahan produk agribisnis maupun yang
menyediakan jasa untuk sektor pertanian.
Bahkan produk agribisnis dan hasil olahannya menjadi salah satu andalan
produk ekspor Indonesia di luar minyak dan gas dan menjadi salah satu komponen
utama ekonomi Indonesia.
Kompleksitas pada sektor pertanian tersebut memberikan implikasi kepada
kompleksitas sistem pemasaran komoditas pertanian. Sistem pemasaran komoditas
pertanian juga relatif lebih kompleks dibanding komoditas lainnya, di luar
komoditas pertanian. Hal ini disebabkan oleh sifat produk, sistem produksi,
serta struktur dan karakteristik pasar produk pertanian yang khas.
2.2.1 Sifat-sifat Produk Agribisnis
Produk agribisnis umumnya memiliki sifat rawan terhadap kerusakan, memiliki
ukuran yang besar per tumpukan dan beraneka ragam mutunya. Kerawanan terhadap
kerusakan dan ukuran yang besar per tumpukannya sangat berperan untuk
menentukan metode dan tempat penyimpanan, metode dan alat pengangkutan, serta
penjadwalan. Di lain pihak, keanekaragaman mutu memerlukan standarisasi,
pernyortiran, dan pengelompokan berdasarkan standar produk yang baku atau
diinginkan oleh konsumen. Sifat-sifat produk agribisnis tersebut diuraikan
sebagai berikut.
a)
Tidak Tahan
Lama
Sifat produk
agribisnis yang mudak busuk dan rusak, terutama produk buah-buahan,
sayur-sayuran, daging hasil peternakan dan perikanan, memerlukan penanganan
yang cepat dan cermat untuk menjaga mutu sesuai dengan yang diinginkan oleh
konsumen. Penanganan yang dapat dilakukan adalah pengepakan, pendinginan,
pengangkutan dengan cepat, dan pengolahan, sesuai jenis produk. Sifat mudah
busuk dan rusak di atas menyebabkan kegiatan pada fungsi pengangkutan dan
penyimpanan menjadi lebih kompleks dan mahal.
b)
Sifat Ukuran
yang Besar Per Tumpukan
Sifat
tersebut menyebabkan produk agribisnis memerlukan tempat yang besar, terutama
untuk kebutuhan penyimpanan dan pengangkutan. Pengangkutan yang dilakukan
dengan jarak yang relatif jauh dari sumber produk ke daerah pemasaran akan
menelan biaya pengangkutan yang relatif tinggi. Begitu juga dengan fungsi
penyimpanan yang dilakuakan, memerlukan tempat atau gudang yang relatif besar
sehingga biaya penyimpanannya juga relatif besar. Hal ini secara relatif akan
memperbesar marjin biaya pemasaran komoditas tersebut.
c)
Mutu Produk
yang Bervariasi
Mutu produk
agribisnis bervariasi dari tahun ke tahun, dari musim ke musim, dan dari sentra
produksi yang satu ke sentra produksi yang lainnya. Kualitas produk sangat
ditentukan oleh kesesuaian kondisi terhadap pertumbuhan tanaman, jenis
varietas, dan penanganannya. Mutu produk sangat ditentukan oleh beberapa
faktor, seperti keadaan iklim dan cuaca, keadaan fisik tanah, peristiwa alam,
serangan penyakit dan hama pertanian, serta tingkat penerapan teknologi produksi
dan penanganan pascapanen yang tidak tepat.
2.2.2 Sifat Produksi Pertanian
Produksi pertanian umumnya bersifat musiman, pasokan produk bervariasi dan
tidak stabil dari waktu ke waktu, jumlah produksinya sulit untuk ditentukan dan
terdapat variasi antara pusat-pusat produksi secara geografis. Sifat-sifat
produksi pertanian tersebut diuraikan di bawah ini:
a)
Musiman
Kebanyakan
produksi pertanian bersifat musiman, walaupun ada yang dapat berproduksi secara
terus menerus sepanjang tahun, tetapi produksinya berfluktuasi, di mana dikenal
adanya musim panen raya dan paceklik.
b)
Bervariasi
dalam Jumlah dan Nilai
Produksi
pertanian juga bervariasi dalam jumlah dari waktu ke waktu. Variasi jumlah
produk pertanian dalam suatu periode tertentu disebabkan oleh tanggapan petani
terhadap tingkat harga, program-program pemerintah mengenai pengembangan
komoditas, serta faktor-faktor yang sulit atau tidak dapat dikontrol. Variasi
jumlah tersebut menyebabkan terjadinya variasi nilai atau harga produk
sepanjang tahun.
c)
Wilayah
Produksi Tersebar
Wilayah
sentra produksi pertanian untuk suatu komoditas tertentu bersifat unik,
tergantung pada jenis komoditasnya. Ada komoditas yang cocok ditanam di dataran
tinggi dengan suhu rendah, seperti kol. Ada yang cocok ditanam di dataran
rendah seperti sagu. Ada juga yang cocok untuk dataran tinggi dan juga cocok
untuk dataran rendah seperti cabai dan jambu mete. Di samping itu, dikenal pula
adanya tanaman tropis dan subtropis. Semuanya itu menunjukkan bahwa wilayah
produksi untuk suatu komoditas tertentu bersifat unik.
d)
Biaya
Produksi Berbeda di Setiap Daerah Produksi
Suatu komoditas tertentu yang diproduksi pada daerah yang berbeda memiliki
perbedaan biaya produksi per unit produk. Perbedaan biaya produksi antara
daerah produksi yang satu dan daerah produksi lainnya terjadi karena berbagai
faktor yang mempengaruhi. Ada daerah yang berproduksi efisien dan ada daerah
yang berproduksi tidak efisien untuk suatu komoditas tertentu.
2.3 Peranan Sistem Pemasaran Agribisnis
Sistem pemasaran agribisnis mencakup banyak lembaga, baik yang berorientasi
laba maupun nirlaba, baik yang terlibat dan terkait secara langsung maupun yang
tidak terlibat atau terkait langsung dengan operasi sistem pemasaran
agribisnis. Sistem pemasaran yang kompleks tersebut diharapkan dapat memainkan
peranan penting dalam upaya memaksimumkan tingkat konsumsi, kepuasan konsumen,
pilihan konsumen dan mutu hidup masyarakat. Peranan sistem pemasaran tersebut
dijelaskan di bawah ini:
a)
Memaksimumkan
Tingkat Konsumsi
Sistem
pemasaran memiliki sasaran dan berusaha untuk memaksimumkan tingkat konsumsi
masyarakat terhadap berbagai jenis produk yang dipasarkan. Upaya ini menjadi
salah satu sasaran karena dengan tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi akan
berimplikasi kepada peningkatan volume penjualan dan pada gilirannya akan
merangsang peningkatan volume produksi.
Dengan kata
lain, memaksimumkan tingkat konsumsi akan memaksimumkan pula tingkat produksi,
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat.
Tingkat produksi yang tinggi akan berpengaruh positif kepada pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi secara makro dan selanjutnya akan memperbaiki kualitas
hidup masyarakat, meningkatkan daya beli potensial dan merangsang peningkatan
investasi pada sektor-sektor produktif, baik di bidang agribisnis maupun di
bidang lainnya yang terkait.
b)
Memaksimumkan
Kepuasan Konsumen
Kepuasan
konsumen menjadi sasaran dari semua kegiatan dalam sistem pemasaran suatu
produk. Kepuasan tersebut didapatkan jika seseorang mengkonsumsi atau
menggunakan barang dengan tingkat kepuasan marjinal lebih tinggi atau sama
dengan biaya marjinal yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut.
Pengukuran kedua variabel tersebut mencakup ukuran rasio kuantitatif dan atau
rasio kualitatif. Pada kenyataannya, pengukuran tingkat kepuasan secara absolut
sangat sulit dilakukan dengan alasan-alasan berikut:
ü Belum
ditemukan metode yang handal untuk mengukur tingkat kepuasan total secara
absolut yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi suatu jenis produk.
Misalnya, jika Si Fulan mengkonsumsi 1 ons jambu air merah akan memperoleh
tingkat kepuasan sebanyak 5 satuan kepuasan, sedangkan jika mengkonsumsi jambu
air hijau akan memperoleh 3 satuan kepuasan. Cara pengukuran seperti ini belum
dapat diterapkan dalam mengukur tingkat kepuasan. Namun, ukuran kualitatif
tersebut yang dibandingkan secara kuantitatif akan memberikan hasil yang lebih
baik. Misalnya, tingkat kepuasan yang diperoleh Si Fulan dengan mengkonsumsi 1
satuan jambu air merah dua kali lebih tinggi dibanding jika mengkonsumsi jambu
air hijau. Pernyataan ini pun masih memiliki kekurangan karena biaya secara
kuantitatif dan kualitatif yang dikeluarkan sering tidak sama besar untuk
memperoleh 1 satuan jambu air merah dengan 1 satuan jambu air hijau dengan
satuan ukuran yang sama.
ü Tingkat
kepuasan konsumen tidak hanya bergantung pada keunggulan sifat-sifat dan
karakteristik produk yang memberikan dampak positif kepada konsumennya, tetapi
juga hal-hal yang memberikan dampak negatif, baik kepada diri konsumen maupun
lingkungannya. Misalnya, penggunaan plastik atau bahan poliester pada kemasan produk makanan ringan. Mungkin saja produk
makanan ringan merek Inari dengan rasa coklat mempunyai keunggulan sifat dan
karakteristik yang mampu memuaskan konsumennya, tetapi karena kemasannya dari
plastik, dianggap dapat mencemari lingkungan. Dengan demikian, produk tersebut
lebih sulit dipasarkan dalam negara atau daerah yang menerapkan peraturan
lingkungan hidup yang ketat. Pengukuran tingkat kepuasan konsumen pada kondisi
tersebut tidak hanya terkait dengan diri konsumennya, tetapi juga sangat
terkait dengan lingkungan di mana konsumen tersebut berada.
ü Karakteristik
dan ukuran tingkat kepuasan konsumen dapat berbeda-beda, baik antarwaktu,
antarlokasi, tingkat sosial dan kebiasaan. Dengan demikian, pengukurannya
sangat sulit, apalagi jika konsumennya memiliki sifat yang beraneka ragam.
Misalnya, faktor prestise suatu produk menjadi ukuran tingkat kepuasan konsumen
tertentu di areal pasar, tetapi konsumen lain dalam areal pasar tersebut
menginginkan produk tersebut murah dan mudah diperoleh. Dengan demikian, kedua
golongan konsumen tersebut menginginkan karakteristik dasar produk yang berbeda
sebagai faktor yang menentukan tingkat kepuasannya, sehingga untuk mengukur
secara tepat tingkat kepuasan konsumen di areal pasar tersebut sangat sulit.
c)
Memaksimumkan
Pilihan
Upaya untuk
memaksimumkan pilihan konsumen memerlukan alternatif pilihan dari produk yang
beraneka ragam dan terkait dengan biaya yang besar, baik dari sisi konsumen
maupun dari sisi produsen dan lembaga pemasarannya. Pilihan konsumen dapat
menjadi maksimum jika tersedia banyak jenis barang dengan karakteristik yang
berbeda-beda. Produsen memerlukan biaya produk yang besar untuk memproduksi lebih
banyak macam produk dengan skala produksi yang relatif kecil-kecil. Di samping
itu, memproduksi banyak jenis barang akan meningkatkan biaya pengelolaan
pesediaan. Lembaga pemasaran harus mengeluarkan biaya yang relatif besar untuk
menyediakan atau memasarkan lebih banyak jenis produk dibandingkan dengan jenis
produk yang lebih sedikit. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya pengadaan, biaya
penyimpanan, biaya transportasi, biaya pemasaran, overhead cost, serta biaya-biaya lainnya.
Biaya yang
dikeluarkan oleh produsen dan lembaga pemasaran tersebut akan mempengaruhi
tingginya harga pokok pejualan dan harga jual harus dibayar oleh konsumen.
Tingginya harga produk yang harus dibayar konsumen tersebut akan mengurangi
tingkat konsumsi dan pendapatan nyata konsumen. Dari segi konsumen, keberadaan
lebih banyak jenis barang tidak akan meningkatkan pilihan nyata konsumen dan
tidak semua konsumen memberikan tanggapan positif terhadap kehadiran lebih
banyak pilihan sebab dapat membuat konsumen frustasi atau bingung dalam
melakukan pemilihan.
d)
Memaksimumkan
Mutu Hidup
Memaksimumkan
mutu hidup tidak hanya ditentukan oleh mutu, kuantitas, dan tingkat
ketersediaan produk, serta jumlah biaya yang dikeluarkan oleh konsumen untuk
mendapatkan produk tersebut, tetapi juga oleh mutu lingkungan fisik dan
kebiasaan atau kebudayaan setempat.
2.4
Fungsi – fungsi pemasaran
Fungsi
Pemasaran : kegiatan utama yang khusus dilaksanakan untuk menyelesaikan proses
pemasaran.
Klasifikasi
Fungsi Pemasaran :
1.
Fungsi
Penyimpanan
Alasan utama
produk
– produk pertanian perlu
penyimpanan :
a) Produk bersifat musiman, perlu keseimbangan antara
periode panen dan periode paceklik.
b) Adanya permintaan untuk produk
– produk yang berbeda sepanjang
tahun dan konsumen bersedia
membayar biaya penyimpanan agar produk tersedia sepanjang tahun.
c) Perlu waktu untuk menyalurkan produk dari produsen ke
konsumen.
d) Perlu carryover stocks (stok persediaan) untuk musim berikutnya.
e) Umumnya, penyimpanan dalam jangka waktu yang lama
menyebabkan kualitas bahan pangan menurun dan pengurangan berat (menyusut)
sehingga jadi lebih tidak menguntungkan.
f) Namun ada juga produk
–
produk pertanian yang
mengalami perbaikan melalui penyimpanan, seperti keju dan anggur.
Kondisi yg perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan
:
1) Penyimpanan sangat penting dilakukan untuk komoditi yang
dipanen & dipasarkan
dalam jangka waktu pendek.
2) Penyimpanan kurang begitu penting untuk produk – produk yang dipasarkan sepanjang tahun & melimpah pada waktu
tertentu.
3) Penyimpanan semakin kurang penting untuk produk –
produk yang dipasarkan dalam kuantitas yang relatif seragam sepanjang tahun.
2.
Funsi
Transportasi
Tujuan utama : menjadikan
suatu produk berguna dengan memindahkannya dari tempat proses produksi (produsen)
ke konsumen. Perhatian utamanya waktu dan
biaya.
Faktor
– faktor yang
mempengaruhi biaya transportasi :
a) Jarak antara Lokasi Produksi dan Konsumen
b) Area Pasar yang Dilayani
Petani/produsen akan mengirimkan produk-produk mereka
ke tempat yang menawarkan harga bersih tertinggi (harga dikurangi biaya transportasi).
c) Bentuk Produk yang Dipasarkan
ü Akan semakin murah memindahkan produk yg diproses
(processed product)
jika terletak di daerah produksi bahan mentah. Contoh : pabrik
– pabrik pengolahan susu
menjadi mentega atau keju biasanya terletak di wilayah produksi susu.
ü Produk2 dengan biaya transportasi tertinggi akan
diproduksi di daerah yang paling dekat dengan pasar. Contoh : penyuplai
susu cair.
d) Ukuran dan Kualitas Produk yang Dipasarkan
Produk2 dari wilayah yg jauh cenderung memiliki ukuran
yg cermat & kualitas yg lebih tinggi dari produksi lokal.
Produsen tidak akan
memasarkan produknya yang paling tidak dapat menutupi biaya pemasaran.
Contoh: Biaya transportasi dr daerah produksi A ke
pasar Rp 50/kg dari daerah produksi B ke pasar Rp 40/kg. Biaya
pemasaran lain kedua daerah tsb sama Rp 10/kg. Sedangkan harga produk tsb
berdasarkan ukuran & kualitasnya sbb :
UKURAN
|
KUALITAS
|
||
Baik
|
Sedang
|
Rendah
|
|
Besar
|
Rp 102,00/kg
|
Rp 110,00/kg
|
Rp 100,00/kg
|
Sedang
|
Rp 100,00/kg
|
Rp 90,00/kg
|
Rp 80,00/kg
|
Kecil
|
Rp 70,00/kg
|
Rp 60,00/kg
|
Rp 50,00/kg
|
3.
Fungsi
Grading dan Stadarisasi
Grading : penyortiran produk – produk ke dalam kesatuan – kesatuan atau unit menurut salah satu atau lebih sifat
kualitas mereka, seperti ukuran, berat, bentuk, warna, aroma, panjang,
diameter, kekuatan atau kepadatan, tekstur, keseragaman, kandungan uap,
kerusakan fisik, dll.
Standarisasi : praktek menjadikan spesifikasi kualitas
grade seragam antara pembeli dan penjual dan antara satu tempat dengan
tempat yang lain dan dari waktu ke waktu. Contoh : grading untuk beras umumnya didasarkan jenis varietas, aroma,
tingkat butir pecah, tingkat kotoran, dan kandungan air.
Penentuan grade produk pertanian di Indonesia
dengan panca indera; tuntutan internasional menggunakan uji kimia, biologi
& fisik melalui peralatan standar.
4.
Fungsi
Periklanan (Advertising)
Tujuan umum
pemasangan iklan produk pertanian :
a) Menginformasikan pada konsumen apa yg tersedia untuk
dibeli. Cara ini paling
cocok diterapkan untuk memasarkan produk – produk baru yang dipasarkan dan belum begitu dikenal konsumen.
b) Mengubah permintaan atas suatu produk.
Penggunaan
iklan saat ini sangat mempengaruhi minat beli konsumen pada produk
– produk tertentu. Namun
semakin tidak elastis harga barang pada permintaan, semakin sulit untuk
merangsang penjualan melalui pemakaian iklan.
Permasalahan
dlm periklanan produk pertanian, yaitu :
a) Produk pertanian umumnya tidak tahan lama (mudah
busuk) & diproduksi oleh beribu-ribu unit produksi perseorangan yg relatif
kecil sehingga sulit u/ standarisasi & pemasaran dalam jumlah besar dengan
produk yg seragam.
b) Permintaan sebagian besar produk pertanian adalah
inelastis & semakin inelastis sepanjang tahun sehingga semakin sulit untuk
merangsang penjualan melalui pemakaian iklan.
c) Bermacam-macam produk pertanian banyak dikonsumsi
masyarakat namun konsumen tidak terpaku pd satu produk karena sebagian besar
produk pertanian tidak bermerek, sehingga diferensiasi produk secara umum sulit
dilakukan.
d) Memiliki sedikit daya tarik emosional
Kentang, buncis, tepung, dll menawarkan kalori dan rasa kenyang yg sama.
e) Sulit mendapatkan dana untuk membuat suatu program
iklan untuk komoditi pertanian.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Sistem pemasaran agribisnis merupakan suatu kesatuan urutan
lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk
memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen
akhir.dan sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai produk yang tercipta oleh
kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, dari tangan
konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem komoditas.
2. Sektor
pertanian Indonesia merupakan suatu sistem yang kompleks karena melibatkan
lebih dari dari 70% penduduk Indonesia sebagai produsen dan 100% penduduknya
sebagai konsumen.
3. Sistem
pemasaran yang kompleks tersebut diharapkan dapat memainkan peranan penting
dalam upaya memaksimumkan tingkat konsumsi, kepuasan konsumen, pilihan konsumen
dan mutu hidup masyarakat.
No comments:
Post a Comment