Translate

Tuesday, September 3, 2013

Implementasi Pemasaran Pada Produk Pertanian



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai subsistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1)      Subsistem penyediaan sarana produksi
Subsistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
2)      Subsistem usahatani atau proses produksi
Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu, juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka
3)      Subsistem agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pascapanen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.
4)      Subsistem pemasaran
Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.
5)      Subsistem penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :
ü  Sarana Tataniaga
ü  Perbankan/perkreditan
ü  Penyuluhan Agribisnis
ü  Kelompok Tani
ü   Infrastruktur Agribisnis
ü   Koperasi Agribisnis
ü  BUMN
ü  Swasta
ü  Penelitian dan Pengembangan
ü  Pendidikan dan Pelatihan
ü  Transportasi
ü  Kebijakan Pemerintah

BAB II
PEMBAHASAN


2.1         Pengertian dan Cakupan Sistem Pemasaran Agribisnis
Sistem adalah sekolompok item atau bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling berkaitan secara tetap dalam membentuk satu kesatuan terpadu.
Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya.
Sistem pemasaran agribisnis merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen akhir dan sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem komoditas.
Sistem pemasaran agribisnis tersebut mencakup kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada dalam sistem komoditas tersebut, baik secara vertikal berdasarkan urutan penambahan kegunaan maupun secara horizontal berdasarkan tingkatan kegiatan produktif yang sama.
Tingkat produktivitas sistem pemasaran ditentukan oleh tingkat efisiensi dan efektivitas seluruh kegiatan fungsional sistem pemasaran tersebut, yang selanjutnya menentukan kinerja operasi dan proses sistem.
Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari terselenggaranya integrasi vertikal dan integrasi horizontal yang kuat, terjadi pembagian yang adil dari rasio nilai tambah yang tercipta dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produktif masing-masing pelaku.


2.2         Sistem Pemasaran Merupakan Sistem yang Kompleks
Sektor pertanian Indonesia merupakan suatu sistem yang kompleks karena melibatkan lebih dari dari 70% penduduk Indonesia sebagai produsen dan 100% penduduknya sebagai konsumen. Di samping itu, juga melibatkan banyak perusahaan baik yang bergerak dalam produksi dan pengolahan produk agribisnis maupun yang menyediakan jasa untuk sektor pertanian.
Bahkan produk agribisnis dan hasil olahannya menjadi salah satu andalan produk ekspor Indonesia di luar minyak dan gas dan menjadi salah satu komponen utama ekonomi Indonesia.
Kompleksitas pada sektor pertanian tersebut memberikan implikasi kepada kompleksitas sistem pemasaran komoditas pertanian. Sistem pemasaran komoditas pertanian juga relatif lebih kompleks dibanding komoditas lainnya, di luar komoditas pertanian. Hal ini disebabkan oleh sifat produk, sistem produksi, serta struktur dan karakteristik pasar produk pertanian yang khas.

2.2.1       Sifat-sifat Produk Agribisnis
Produk agribisnis umumnya memiliki sifat rawan terhadap kerusakan, memiliki ukuran yang besar per tumpukan dan beraneka ragam mutunya. Kerawanan terhadap kerusakan dan ukuran yang besar per tumpukannya sangat berperan untuk menentukan metode dan tempat penyimpanan, metode dan alat pengangkutan, serta penjadwalan. Di lain pihak, keanekaragaman mutu memerlukan standarisasi, pernyortiran, dan pengelompokan berdasarkan standar produk yang baku atau diinginkan oleh konsumen. Sifat-sifat produk agribisnis tersebut diuraikan sebagai berikut.
a)      Tidak Tahan Lama
Sifat produk agribisnis yang mudak busuk dan rusak, terutama produk buah-buahan, sayur-sayuran, daging hasil peternakan dan perikanan, memerlukan penanganan yang cepat dan cermat untuk menjaga mutu sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Penanganan yang dapat dilakukan adalah pengepakan, pendinginan, pengangkutan dengan cepat, dan pengolahan, sesuai jenis produk. Sifat mudah busuk dan rusak di atas menyebabkan kegiatan pada fungsi pengangkutan dan penyimpanan menjadi lebih kompleks dan mahal.

b)     Sifat Ukuran yang Besar Per Tumpukan
Sifat tersebut menyebabkan produk agribisnis memerlukan tempat yang besar, terutama untuk kebutuhan penyimpanan dan pengangkutan. Pengangkutan yang dilakukan dengan jarak yang relatif jauh dari sumber produk ke daerah pemasaran akan menelan biaya pengangkutan yang relatif tinggi. Begitu juga dengan fungsi penyimpanan yang dilakuakan, memerlukan tempat atau gudang yang relatif besar sehingga biaya penyimpanannya juga relatif besar. Hal ini secara relatif akan memperbesar marjin biaya pemasaran komoditas tersebut.

c)      Mutu Produk yang Bervariasi
Mutu produk agribisnis bervariasi dari tahun ke tahun, dari musim ke musim, dan dari sentra produksi yang satu ke sentra produksi yang lainnya. Kualitas produk sangat ditentukan oleh kesesuaian kondisi terhadap pertumbuhan tanaman, jenis varietas, dan penanganannya. Mutu produk sangat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti keadaan iklim dan cuaca, keadaan fisik tanah, peristiwa alam, serangan penyakit dan hama pertanian, serta tingkat penerapan teknologi produksi dan penanganan pascapanen yang tidak tepat.





2.2.2       Sifat Produksi Pertanian
Produksi pertanian umumnya bersifat musiman, pasokan produk bervariasi dan tidak stabil dari waktu ke waktu, jumlah produksinya sulit untuk ditentukan dan terdapat variasi antara pusat-pusat produksi secara geografis. Sifat-sifat produksi pertanian tersebut diuraikan di bawah ini:
a)      Musiman
Kebanyakan produksi pertanian bersifat musiman, walaupun ada yang dapat berproduksi secara terus menerus sepanjang tahun, tetapi produksinya berfluktuasi, di mana dikenal adanya musim panen raya dan paceklik.

b)     Bervariasi dalam Jumlah dan Nilai
Produksi pertanian juga bervariasi dalam jumlah dari waktu ke waktu. Variasi jumlah produk pertanian dalam suatu periode tertentu disebabkan oleh tanggapan petani terhadap tingkat harga, program-program pemerintah mengenai pengembangan komoditas, serta faktor-faktor yang sulit atau tidak dapat dikontrol. Variasi jumlah tersebut menyebabkan terjadinya variasi nilai atau harga produk sepanjang tahun.

c)      Wilayah Produksi Tersebar
Wilayah sentra produksi pertanian untuk suatu komoditas tertentu bersifat unik, tergantung pada jenis komoditasnya. Ada komoditas yang cocok ditanam di dataran tinggi dengan suhu rendah, seperti kol. Ada yang cocok ditanam di dataran rendah seperti sagu. Ada juga yang cocok untuk dataran tinggi dan juga cocok untuk dataran rendah seperti cabai dan jambu mete. Di samping itu, dikenal pula adanya tanaman tropis dan subtropis. Semuanya itu menunjukkan bahwa wilayah produksi untuk suatu komoditas tertentu bersifat unik.


d)     Biaya Produksi Berbeda di Setiap Daerah Produksi
Suatu komoditas tertentu yang diproduksi pada daerah yang berbeda memiliki perbedaan biaya produksi per unit produk. Perbedaan biaya produksi antara daerah produksi yang satu dan daerah produksi lainnya terjadi karena berbagai faktor yang mempengaruhi. Ada daerah yang berproduksi efisien dan ada daerah yang berproduksi tidak efisien untuk suatu komoditas tertentu.


2.3         Peranan Sistem Pemasaran Agribisnis
Sistem pemasaran agribisnis mencakup banyak lembaga, baik yang berorientasi laba maupun nirlaba, baik yang terlibat dan terkait secara langsung maupun yang tidak terlibat atau terkait langsung dengan operasi sistem pemasaran agribisnis. Sistem pemasaran yang kompleks tersebut diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam upaya memaksimumkan tingkat konsumsi, kepuasan konsumen, pilihan konsumen dan mutu hidup masyarakat. Peranan sistem pemasaran tersebut dijelaskan di bawah ini:
a)      Memaksimumkan Tingkat Konsumsi
Sistem pemasaran memiliki sasaran dan berusaha untuk memaksimumkan tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai jenis produk yang dipasarkan. Upaya ini menjadi salah satu sasaran karena dengan tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi akan berimplikasi kepada peningkatan volume penjualan dan pada gilirannya akan merangsang peningkatan volume produksi.
Dengan kata lain, memaksimumkan tingkat konsumsi akan memaksimumkan pula tingkat produksi, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat. Tingkat produksi yang tinggi akan berpengaruh positif kepada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi secara makro dan selanjutnya akan memperbaiki kualitas hidup masyarakat, meningkatkan daya beli potensial dan merangsang peningkatan investasi pada sektor-sektor produktif, baik di bidang agribisnis maupun di bidang lainnya yang terkait.

b)     Memaksimumkan Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen menjadi sasaran dari semua kegiatan dalam sistem pemasaran suatu produk. Kepuasan tersebut didapatkan jika seseorang mengkonsumsi atau menggunakan barang dengan tingkat kepuasan marjinal lebih tinggi atau sama dengan biaya marjinal yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut. Pengukuran kedua variabel tersebut mencakup ukuran rasio kuantitatif dan atau rasio kualitatif. Pada kenyataannya, pengukuran tingkat kepuasan secara absolut sangat sulit dilakukan dengan alasan-alasan berikut:
ü  Belum ditemukan metode yang handal untuk mengukur tingkat kepuasan total secara absolut yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi suatu jenis produk. Misalnya, jika Si Fulan mengkonsumsi 1 ons jambu air merah akan memperoleh tingkat kepuasan sebanyak 5 satuan kepuasan, sedangkan jika mengkonsumsi jambu air hijau akan memperoleh 3 satuan kepuasan. Cara pengukuran seperti ini belum dapat diterapkan dalam mengukur tingkat kepuasan. Namun, ukuran kualitatif tersebut yang dibandingkan secara kuantitatif akan memberikan hasil yang lebih baik. Misalnya, tingkat kepuasan yang diperoleh Si Fulan dengan mengkonsumsi 1 satuan jambu air merah dua kali lebih tinggi dibanding jika mengkonsumsi jambu air hijau. Pernyataan ini pun masih memiliki kekurangan karena biaya secara kuantitatif dan kualitatif yang dikeluarkan sering tidak sama besar untuk memperoleh 1 satuan jambu air merah dengan 1 satuan jambu air hijau dengan satuan ukuran yang sama.
ü  Tingkat kepuasan konsumen tidak hanya bergantung pada keunggulan sifat-sifat dan karakteristik produk yang memberikan dampak positif kepada konsumennya, tetapi juga hal-hal yang memberikan dampak negatif, baik kepada diri konsumen maupun lingkungannya. Misalnya, penggunaan plastik atau bahan poliester pada kemasan produk makanan ringan. Mungkin saja produk makanan ringan merek Inari dengan rasa coklat mempunyai keunggulan sifat dan karakteristik yang mampu memuaskan konsumennya, tetapi karena kemasannya dari plastik, dianggap dapat mencemari lingkungan. Dengan demikian, produk tersebut lebih sulit dipasarkan dalam negara atau daerah yang menerapkan peraturan lingkungan hidup yang ketat. Pengukuran tingkat kepuasan konsumen pada kondisi tersebut tidak hanya terkait dengan diri konsumennya, tetapi juga sangat terkait dengan lingkungan di mana konsumen tersebut berada.
ü  Karakteristik dan ukuran tingkat kepuasan konsumen dapat berbeda-beda, baik antarwaktu, antarlokasi, tingkat sosial dan kebiasaan. Dengan demikian, pengukurannya sangat sulit, apalagi jika konsumennya memiliki sifat yang beraneka ragam. Misalnya, faktor prestise suatu produk menjadi ukuran tingkat kepuasan konsumen tertentu di areal pasar, tetapi konsumen lain dalam areal pasar tersebut menginginkan produk tersebut murah dan mudah diperoleh. Dengan demikian, kedua golongan konsumen tersebut menginginkan karakteristik dasar produk yang berbeda sebagai faktor yang menentukan tingkat kepuasannya, sehingga untuk mengukur secara tepat tingkat kepuasan konsumen di areal pasar tersebut sangat sulit.

c)      Memaksimumkan Pilihan
Upaya untuk memaksimumkan pilihan konsumen memerlukan alternatif pilihan dari produk yang beraneka ragam dan terkait dengan biaya yang besar, baik dari sisi konsumen maupun dari sisi produsen dan lembaga pemasarannya. Pilihan konsumen dapat menjadi maksimum jika tersedia banyak jenis barang dengan karakteristik yang berbeda-beda. Produsen memerlukan biaya produk yang besar untuk memproduksi lebih banyak macam produk dengan skala produksi yang relatif kecil-kecil. Di samping itu, memproduksi banyak jenis barang akan meningkatkan biaya pengelolaan pesediaan. Lembaga pemasaran harus mengeluarkan biaya yang relatif besar untuk menyediakan atau memasarkan lebih banyak jenis produk dibandingkan dengan jenis produk yang lebih sedikit. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya pengadaan, biaya penyimpanan, biaya transportasi, biaya pemasaran, overhead cost, serta biaya-biaya lainnya.
Biaya yang dikeluarkan oleh produsen dan lembaga pemasaran tersebut akan mempengaruhi tingginya harga pokok pejualan dan harga jual harus dibayar oleh konsumen. Tingginya harga produk yang harus dibayar konsumen tersebut akan mengurangi tingkat konsumsi dan pendapatan nyata konsumen. Dari segi konsumen, keberadaan lebih banyak jenis barang tidak akan meningkatkan pilihan nyata konsumen dan tidak semua konsumen memberikan tanggapan positif terhadap kehadiran lebih banyak pilihan sebab dapat membuat konsumen frustasi atau bingung dalam melakukan pemilihan.

d)     Memaksimumkan Mutu Hidup
Memaksimumkan mutu hidup tidak hanya ditentukan oleh mutu, kuantitas, dan tingkat ketersediaan produk, serta jumlah biaya yang dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk tersebut, tetapi juga oleh mutu lingkungan fisik dan kebiasaan atau kebudayaan setempat.






2.4 Fungsi – fungsi pemasaran
Fungsi Pemasaran : kegiatan utama yang khusus dilaksanakan untuk menyelesaikan proses pemasaran.
Klasifikasi Fungsi Pemasaran :
1.      Fungsi Penyimpanan
Alasan utama produk – produk pertanian perlu penyimpanan :
a)      Produk bersifat musiman, perlu keseimbangan antara periode panen dan periode paceklik.
b)      Adanya permintaan untuk produk – produk yang berbeda sepanjang tahun dan konsumen bersedia membayar biaya penyimpanan agar produk tersedia sepanjang tahun.
c)      Perlu waktu untuk menyalurkan produk dari produsen ke konsumen.
d)     Perlu carryover stocks (stok persediaan) untuk musim berikutnya.
e)      Umumnya, penyimpanan dalam jangka waktu yang lama menyebabkan kualitas bahan pangan menurun dan pengurangan berat (menyusut) sehingga jadi lebih tidak menguntungkan.
f)       Namun ada juga produk produk pertanian yang mengalami perbaikan melalui penyimpanan, seperti keju dan anggur.
Kondisi yg perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan :
1)      Penyimpanan sangat penting dilakukan untuk komoditi yang dipanen & dipasarkan dalam jangka waktu pendek.
2)      Penyimpanan kurang begitu penting untuk produk – produk yang dipasarkan sepanjang tahun & melimpah pada waktu tertentu.
3)      Penyimpanan semakin kurang penting untuk produk – produk yang dipasarkan dalam kuantitas yang relatif seragam sepanjang tahun.


2.      Funsi Transportasi
Tujuan utama :  menjadikan suatu produk berguna dengan memindahkannya dari tempat proses produksi (produsen) ke konsumen. Perhatian utamanya waktu dan  biaya.
Faktor – faktor yang mempengaruhi biaya transportasi :
a)      Jarak antara Lokasi Produksi dan Konsumen
b)      Area Pasar yang Dilayani
Petani/produsen akan mengirimkan produk-produk mereka ke tempat yang menawarkan harga bersih tertinggi (harga dikurangi biaya transportasi).
c)      Bentuk Produk yang Dipasarkan
ü  Akan semakin murah memindahkan produk yg diproses (processed product) jika terletak di daerah produksi bahan mentah. Contoh : pabrik – pabrik pengolahan susu menjadi mentega atau keju biasanya terletak di wilayah produksi susu.
ü  Produk2 dengan biaya transportasi tertinggi akan diproduksi di daerah yang paling dekat dengan pasar. Contoh : penyuplai susu cair.
d)     Ukuran dan Kualitas Produk yang Dipasarkan
Produk2 dari wilayah yg jauh cenderung memiliki ukuran yg cermat & kualitas yg lebih tinggi dari produksi lokal. Produsen tidak akan memasarkan produknya yang paling tidak dapat menutupi biaya pemasaran.
Contoh: Biaya transportasi dr daerah produksi A ke pasar Rp 50/kg dari daerah produksi B ke pasar Rp 40/kg. Biaya pemasaran lain kedua daerah tsb sama Rp 10/kg. Sedangkan harga produk tsb berdasarkan ukuran & kualitasnya sbb :

UKURAN
KUALITAS
Baik
Sedang
Rendah
Besar
Rp 102,00/kg
Rp 110,00/kg
Rp 100,00/kg
Sedang
Rp 100,00/kg
Rp 90,00/kg
Rp 80,00/kg
Kecil
Rp 70,00/kg
Rp 60,00/kg
Rp 50,00/kg

3.      Fungsi Grading dan Stadarisasi
Grading : penyortiran produk – produk ke dalam kesatuan – kesatuan atau unit menurut salah satu atau lebih sifat kualitas mereka, seperti ukuran, berat, bentuk, warna, aroma, panjang, diameter, kekuatan atau kepadatan, tekstur, keseragaman, kandungan uap, kerusakan fisik, dll.
Standarisasi : praktek menjadikan spesifikasi kualitas grade seragam antara pembeli dan penjual dan antara satu tempat dengan tempat yang lain dan dari waktu ke waktu. Contoh : grading untuk beras umumnya didasarkan jenis varietas, aroma, tingkat butir pecah, tingkat kotoran, dan kandungan air.
Penentuan grade produk pertanian di Indonesia dengan panca indera; tuntutan internasional menggunakan uji kimia, biologi & fisik melalui peralatan standar.

4.      Fungsi Periklanan (Advertising)
Tujuan umum pemasangan iklan produk pertanian :
a)      Menginformasikan pada konsumen apa yg tersedia untuk dibeli. Cara ini paling cocok diterapkan untuk memasarkan produk – produk baru yang dipasarkan dan belum begitu dikenal konsumen.
b)      Mengubah permintaan atas suatu produk.
Penggunaan iklan saat ini sangat mempengaruhi minat beli konsumen pada produk – produk tertentu. Namun semakin tidak elastis harga barang pada permintaan, semakin sulit untuk merangsang penjualan melalui pemakaian iklan.
Permasalahan dlm periklanan produk pertanian, yaitu  :
a)      Produk pertanian umumnya tidak tahan lama (mudah busuk) & diproduksi oleh beribu-ribu unit produksi perseorangan yg relatif kecil sehingga sulit u/ standarisasi & pemasaran dalam jumlah besar dengan produk yg seragam.
b)      Permintaan sebagian besar produk pertanian adalah inelastis & semakin inelastis sepanjang tahun sehingga semakin sulit untuk merangsang penjualan melalui pemakaian iklan.
c)      Bermacam-macam produk pertanian banyak dikonsumsi masyarakat namun konsumen tidak terpaku pd satu produk karena sebagian besar produk pertanian tidak bermerek, sehingga diferensiasi produk secara umum sulit dilakukan.
d)     Memiliki sedikit daya tarik emosional
Kentang, buncis, tepung, dll menawarkan kalori dan rasa kenyang yg sama.
e)      Sulit mendapatkan dana untuk membuat suatu program iklan untuk komoditi pertanian.
             


BAB III
PENUTUP


3.1         Kesimpulan
1.     Sistem pemasaran agribisnis merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen akhir.dan sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem komoditas.
2.     Sektor pertanian Indonesia merupakan suatu sistem yang kompleks karena melibatkan lebih dari dari 70% penduduk Indonesia sebagai produsen dan 100% penduduknya sebagai konsumen.
3.     Sistem pemasaran yang kompleks tersebut diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam upaya memaksimumkan tingkat konsumsi, kepuasan konsumen, pilihan konsumen dan mutu hidup masyarakat.


No comments:

Post a Comment

comment with facebook